:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1229287/original/085778700_1462932940-ilustrasi_pendekar_betawi.jpg)
Liputan6.com, Yogyakarta – Setiap sudut rumah adat Betawi memiliki makna dan filosofi yang mendalam. Namun di balik itu semua, ternyata ada tradisi khusus yang dilakukan masyarakat Betawi sebelum membangun rumah adat, yakni sedekah rata bumi.
Mengutip dari Seni & Budaya Betawi, masyarakat Betawi selalu memastikan bentuk fisik sebelum membangun rumah. Hal tersebut juga dibarengi dengan penerapan nilai filosofi dan tradisi yang melekat di dalamnya.
Bagi masyarakat Betawi, membangun rumah bukan sekadar mendirikan bangunan. Lebih dari itu, mereka merasa perlu memperhatikan keterkaitannya dengan spiritual yang termanifestasi dalam kepercayaan masyarakat Betawi.
Dalam membangun rumah adat, masyarakat Betawi akan melakukan serangkaian tradisi untuk menjamin keselamatan pemilik rumah. Salah satu tradisi yang kerap dilakukan adalah menggelar selamatan sedekah rata bumi.
Tujuan tradisi ini memiliki keterkaitan yang kuat dengan keberlanjutan rumah tangga si empunya rumah. Melalui sedekah rata bumi, masyarakat berharap agar calon penghuni yang nantinya menempati rumah tersebut dapat memiliki fondasi rumah tangga yang kuat.
Biasanya, sedekah rata bumi digelar saat pengerjaan konstruksi kuda-kuda rumah sudah sempurna dikerjakan. Selain sedekah rata bumi, masyarakat Betawi juga akan menghitung hari atau bulan baik untuk membangun rumah.
Dalam Rumah Etnik Betawi (2013) tertulis, penghitungan hari atau bulan baik tersebut dilakukan oleh orang yang dianggap ahli. Tujuannya agar terhindar dari mara bahaya.
Bagi masyarakat Betawi, waktu pembangunan dapat menentukan keberlanjutan kehidupan si pemilik rumah. Jika hasil hitungan kurang baik, maka sebaiknya dihindari pada waktu yang sebelumnya telah ditentukan.
Namun, jika masih menginginkan bulan atau hari tersebut, hal ini masih bisa disiasati. Salah satu siasatnya adalah dengan membangun rumah menghadapkan arah penjuru mata angin tertentu.
Tradsi lain yang dilakukan masyarakat Betawi dalam membangun rumah adalah upacara tunggu lobang. Tradisi ini juga diikuti dengan makan bubur merah putih.
Upacara tunggu lobang bertujuan agar rumah selamat dari ancaman, salah satunya ancaman maling. Selain itu, tujuan lain adalah agar rumah dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh fenomena alam, seperti angin puyuh hingga banjir. Baru setelahnya, saat pembangunan rumah memasuki tahapan pekerjaan fondasi akan digelar sedekah rata bumi.
Berbagai rangkaian tradisi yang dilakukan masyarakat Betawi dalam membangun rumah membuktikan bahwa pembangunan rumah adat Betawi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan, tradisi, dan nilai yang telah diwariskan secara turun-temurun. Tak heran, berbagai tradisi ini masih dilestarikan di beberapa wilayah setempat.
Penulis: Resla
Leave a Reply